Sunday, August 23, 2015

Inilah Pengkhianatan Indonesia Untuk Aceh, Siapakah MUNAFIK?


Sebagai warga negara Indonesia sungguh keterlaluan jika tidak mengenal Aceh. Karena letaknya diujung oleh karenanya banyak yang menganggap Aceh sesuatu yang asing dang terbelakang. Apalagi Aceh hadir dengan otonomi tersendiri yang khas agamanya membuat Aceh sering dimaki dan dihina pada zaman sekular ini.

Aceh dahulu merupakan negri yang hebat dan makmur. Letaknya yang strategis membuat Aceh menjadi tempat berdagang yang sangat padat. Ditambah lagi kesuburan negri dengan berkah rempah-rempahnya.

Dahulu Aceh merupakan daerah berdaulat, kekuasaannya memanjang dari Malaka sampai ke Thailand. Mungkin anda mengenali ciri khas Thailand dengan gajah putihnya. Gajah putih ini sendiri dikenal dan erat dengan Aceh. Sultan Perlak pada 1146 juga gemar mengendarai gajah berhias emas, sebagaimana dikutip Djamil dari Kitab Rihlah Abu Ishak al-Makarany. Sementara Marcopolo menyebut Samudra Pasai sebagai kerajaan yang mempunyai banyak gajah, dan sebagian besar kepunyaan raja.

Tugu Gajah Putih di depan Kodim Iskandar Muda
Dalam Rihlah Ibnu Batutah, Ibnu Batutah memberikan deskripsi lebih lengkap mengenai gajah Samudra Pasai pada 1345. Selain dimiliki Raja, gajah-gajah itu juga menjadi bagian armada perang kerajaan. Jumlahnya 300 gajah. Meski untuk berperang, gajah-gajah itu tetap dihias. Menurutnya, kekuatan dan kemegahan armada Gajah Samudra Pasai hanya bisa disaingi oleh Kerajaan Delhi (India).

Kebesaran kerajaan Aceh menjadikan Aceh salah satu negri yang setara dengan negri-negri besar Islam lainnya.Saking berdaulatnya, tidak ada satu bangsapun mencoba menjajah Aceh. Sejak kedatangan Portugis hingga Jepang. Bahkan peperangan rakyat Aceh terhadap pemerintah.

Saat Malaka berada dibawah lindungan Inggris, fihak Inggris pun mengakui kedaulatan Aceh. Disaat Indonesia tepatnya Sumatra sudah dikuasai Belanda, Aceh yang saat itu bersatu dengan Malaka dibawah lindungan Inggrispun hendak dikuasai oleh Belanda. Aceh dengan terang-terangan menolak Belanda, hingga dibuatlah perjanjian Belanda dengan Inggris yang dikenal dengan Traktat Sumatra yang isinya dimana bekas jajahan Belanda di Afrika (Gold Coast -sekarang Ghana) diserahkan kepada Inggris dan jajahan Inggris di Sumatera (yaitu Bengkulu) diserahkan kepada Belanda. Untuk menguasai seluruh Sumatera jika perlu Belanda akan memerangi Aceh. Perjanjian ini ditanda tangani tahun 1871. Dan dari situlah meletusnya perjuangan Aceh, saat kedatangan Belanda rakyat Aceh langsung dapat membunuh panglima besar angkatan perng Belanda Jendral Kohler didepan Mesjid Raya Baiturrahman.

Ilustrasi Terbunuhnya Kohler
Bukan itu saja jasa Aceh untuk Indonesia, Aceh merupakan salah satu wilayah yang tidak sempat dijajah seluruhnya oleh Belanda. Hingga pada saat Indonesia lumpuh saat agresi Belanda kedua dan Yogyakarta serta Bukittinggi yang saat itu menjadi Ibu kota Indonesia jatuh ditangan Belanda maka Aceh lah satu-satunya daerah yang masih bertahan.

Tidak ada pilihan lain, presiden Soekarno terpaksa mengasingkan diri ke Aceh. Tepatnya di Bireuen,yang relatif aman. Soekarno hijrah ke Bireuen dengan menumpang pesawat udara Dakota. Pesawat udara khusus yang dipiloti Teuku Iskandar itu, mendarat dengan mulus di lapangan terbang sipil Cot Gapu pada Juni 1948 yang kemudian disambut oleh Tgk Daod Bereueh panglima Divisi X, Kolonel Hussein Joesoef, para perwira militer Divisi X, alim ulama dan para tokoh masyarakat.

Di Istana Negara Bireuen


Seminggu Presiden Soekarno berada di Bireun, aktifitas militer pun berpusat disana sehingga kota Bireun pun dikenal dengan Kota Juang.
Ir. Soekarno memanggil Tgk Daud Bereueh dengan sebutan kakak. Dalam sebuah dialog Ir. Soekarno meminta Tgk Daud Bereueh untuk mengajak rakyat Aceh agar memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tgk Daud Bereueh menerima permintaan Ir Soekarno dengan syarat agar perjuangan rakyat Aceh adalam fisabilillah. Ir Soekarno mengiyakan, "Kakak! Memang yang saya maksudkan adalah perang yang seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yang terkenal seperti Teungku Cik Di Tiro dan lain-lain, yaitu perang yang tidak kenal mundur, perang yang bersemboyan merdeka atau syahid." ujarnya.

Tgk Daud Bereueh meminta kepada Ir. Soekarno agar kelak jika perjuangan ini telah usai agar diberikan kebebasan kepada Aceh untuk menerapkan Syariat Islam. Sang Presiden pun mengabulkan permintaannya. Tgk Daud meminta kepada Soekarno agar menanda tangani hitam diatas putih agar dinampakkan kepada rakyat Aceh. Soekarno bersumpah akan hal itu. Namun, karena terisak-isak, Tgk Daud pun tidak memaksa lagi sang Presiden.

Di hotel Atjeh
16 Juni 1948, Bung Karno dan Tgk Daud Bereueh dari Bireun berkunjung ke Kutaraja (sekarang Banda Aceh) tepatnya di Atjeh Hotel seraya mengutarakan kebutuhan RI akan pesawat buat memperkuat pertahanan udara dan mempererat hubungan antarpulau. Diceritakan Presiden Soekarno sempat mogok makan sebelum diberikan jawaban oleh Tgk Daod Bereueh. Dalam dua hari, pengusaha Aceh yang tergabung dalam Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (Gasida) berhasil mengumpulkan 130 ribu straits-dollar, dengan ditambah emas 20 kilogram. Uang itu sejatinya cukup untuk membeli dua pesawat. Pesawat ini dikenal dengan nama Dakota RI 001 Seulawah dan Dakota RI 002 Seulawah yang merupakan cikal bakal kedirgantaraan di Indonesia. Dengan kata lain, rakyat Aceh memiliki saham atas perusahaan penerbangan Indonesia, Garuda.
Radio Hervenzent Belanda di Batavia menyiarkan bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi. Maka bangkitlah Radio Rimba Raya yang mengudara ke seluruh dunia pada 20 Desember 1948  untuk memblokade siaran propaganda dalam enam bahasa, Indonesia, Inggris, Urdu, Cina, belanda dan bahasa Arab. Dalam siaran bohong Radio Belanda seluruh wilayah nusantara sudah habis dikuasai Belanda. Padahal, Aceh masih tetap utuh dan tak pernah berhasil dikuasai Belanda.



Oleh karenanya Pesawat Dakota RI 001 dan 002 serta Radio Rimba Raya adalah cikal-bakal Garuda Air Ways dan Radio RRI saat ini.

Setahun kemudian Aceh bersedia dijadikan satu provinsi sebagai bagian dari NKRI. Namun pada tahun 1951, belum kering bibir mengucap, Provinsi Aceh dibubarkan pemerintah pusat dan disatukan dengan Provinsi Sumatera Utara. Di lain kesempatan, di hadapan ribuan pendukungnya di Sulawesi, Soekarno pidato berapi-api, "Tak ada Syariat Islam di Indonesia!" Dek! Rakyat Aceh tersentak.
Teringat ucapan manis dibibir akan janji dahulu.
"Untuk apa Indonesia merdeka?" Sukarno menjawab: "Untuk Islam kak". Dia memanggil kakak kepada saya. Saya tanya lagi, "betulkah ini?". Jawabnya, "betul kak". Saya tanya sekali lagi, "betulkah ini?". Dia jawab, "betul kak". Saya ulangi lagi, "betulkah ini ?".  Jawabnya "...Waallah Billah, Atjeh nanti akan saya beri hak untuk menjusun rumah tangganja sendiri sesuai Syari’at Islam. Akan saya pergunakan pengaruh saya agar rakjat Aceh benar-benar dapat melaksanakan Syari’at Islam. Apakah Kakak masih ragu...?? (Tgk Daud Bereueh)
Rakyat Aceh sangat tidak suka dikhianati. Abu Daud Bereueh pun bangkit, didirikannya lah DI/TII sebagai bentuk perlawanan dari pengkhiatanan. Rakyat Aceh porak-porannda setelah sekian lama berjuang membela Indonesia, memberikannya harta benda dan jiwa. Namun dibalas dengan Racun. Baca juga: Daud Bereueh di Bius dan Dibawa Paksa

Soekarno mangkat, Jenderal Soeharto naik tahta. Ternyata, tak juga perubahan dirasakan rakyat Aceh. Penderitaan semakin berat. Luka semakin tersayat-sayat. Mengiris-mengiris bagai sembilu di dada rakyat Aceh.

Soeharto memang sukses menumpas DI/TII. Tapi Soeharto tak pernah bermimpi bisa melumpuhkan perjuangan gerakan pemberontak baru di Aceh yang menamakan diri mereka GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Pentolan- pentolan GAM seperti Hasan Tiro (cucu pahlawan Teuku Tjik Di Tiro- pen) meminta restu pada Daud Bereueh untuk meneruskan perjuangan DII/TII yang telah mengarah pada upaya mewujudkan Negara Islam Aceh Merdeka.

Soeharto tak hilang akal, DOM (Daerah Operasi Militer) Jilid I dan DOM Jilid II pun digelar. Puluhan ribu tentara dikirim ke Aceh. Dari berbagai satuan dan bermacam nama operasi. Yang terkenal adalah Operasi Jaring Merah yang disinyalir telah melakukan pembantaian besar-besaran di Aceh.

Pembantaian rakyat Aceh di Simpang KKA dalam Operasi Militer

Pengkhianatan-pengkhianan terus berlanjut sampai sekarang. Anda pasti tahu Tugu Monas yang dihiasi oleh 28 kg emas dan dibanggakan warga Jakarta itu kan?. Perkenalkan, namanya Teuku Markam salah seorang saudagar kaya dari Aceh keturunan Ulebalang (panglima kerajaan) yang hidup juga pada masa Soekarno. Juga salah seorang pasukan Tentara Rakyat Indonesia dengan pangkat Letnan Satu. Bisnis Teuku Markam dengan Pt. Karkam mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja dan mengimpor senjata atas persetujuan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden. Komitmen Teuku Markam adalah mendukung perjuangan RI sepenuhnya termasuk pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang dilakukan oleh Soekarno.

Teuku Markam (lingkar merah) bersama Teuku Umar
Seperti pejuang Aceh lainnya. Teuku Markam kemudian dikhianati dan difitnah sebagai PKI, Koruptor, dan Soekarnoisme pada kepemimpinan Soeharto. Pada tahun 1966 ia ditahan tanpa proses pengadilan. Soeharto, Ketua Presidium Kabinet Ampera I, pada 14 Agustus 1966 mengambil alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain, yang kemudian dikelola PT. PP Berdikari yang didirikan Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami atas nama pemerintahan RI. Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus pinjaman yang nilainya Rp 411.314.924 sebagai modal negara di PT. PP Berdikari. Dan pada tahun 1974 ia bebas, 1985 ia meninggal akibat kompilasi penyakit.

Monas dengan emas 20 KG yang dibangga-banggakan warga Jakarta itu merupakan sumbangan saudagar dari Aceh
Lihatlah bagaimana rakyat Aceh terus-terusan dikhianati setelah ketulusan harta dan jiwa diberikan kepada pemerintah. Perlu anda ketahui, rakyat Aceh dikenal sebagai kesatri perang. Tidak hanya lelaki, wanita juga pernah menjadi laskar-laskar di tanah rencong ini. Hikayat Prang Sabi (Hikayat perang fisabilillah) merupakan syair ruh jiwa Aceh yang berani berperang membela Islam.

Dan kini banyak kita lihat komentar-komentar netizen di media sosial dan internet dengan mengatakan Aceh itu Munafik. Namun coba anda baca sekali lagi kisan ini, anda akan mengetahui siapa sebenarnya yang Munafik itu, semestinya anda sadar.
Sikap kurang ajar pemerintah di Jawa itulah yang kemudian membuat rakyat Aceh benci kepada mereka. Sudah hal wajar rakyat Aceh marah karena janji-janji tidak ditepati serta ketulusan telah dikhianati. Dan dari itulah, wajar Aceh meminta memerdekakan diri serta memperjuangkan hak mereka sendiri untuk membangun negri dibawah Syariat Islam.
Anda tidak ada hak mengecap Aceh Munafik! karena anda tidak mengerti bagaimana perjuangan bangsa Aceh. Dan juga anda tidak ada hak untuk mengkomentari atas hukum-hukum atau Qanun yang ditetapkan oleh pemerintah Aceh kepada rakyat Aceh.
Setidaknya anda sadar bahwa anda sedang menikmati dari hasil jerih payah rakyat Aceh. Dan mereka rakyat Aceh bisa saja merebut kembali, bahkan pula emas diatas monas itu. Open your eyes and think smart!

No comments:

Post a Comment